PTK

PENILAIAN TINDAKAN KELAS ( NUGROHO DWI JAYANTO, S.Pd.I )

PENILAIAN TINDAKAN KELAS ( NUGROHO DWI JAYANTO, S.Pd.I )

Selasa, 14 Desember 2021 08:34 WIB
119 |   -

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SHARE (TPS) MATERI PENGURUSAN JENAZAH SISWA KELAS XI MIPA SMAN 1 PADANGAN 2021/2022

 

BAB 1

PENDAHULUAN

 

1.1 Latar Belakang Masalah

 

Pendidikan memiliki peran penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan, nantinya manusia akan dapat terus bertahan dan meningkatkan taraf kehidupan mereka. Secara umum tujuan pendidikan adalah membantu perkembangan siswa untuk mencapai tingkat kedewasaan.[1] Pendidikan juga berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa dengan tujuan agar ia menjadi dewasa.[2] Pada hakikatnya, pendidikan mudah didapatkan dari lembaga formal maupun lembaga non-formal. Keluarga merupakan tempat pertama anak didik mendapatkan pendidikan. Namun, pendidikan di dalam keluarga saja dinilai tidak cukup, sehingga orang tua menyerahkan anaknya kepada lembaga pendidikan formal yang disebut “sekolah”.

Proses pembelajaran di sekolah dipengaruhi oleh beberapa faktor, menurut Muhibbin Syah (2011: 145-157) secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat dibedakan menjadi dua yaitu faktor internal dan eksternal. Salah satu faktor internal yang mempengaruhi belajar adalah motivasi. Motivasi adalah dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang baik dalam memenuhi kebutuhannya. Motivasi belajar mempunyai peran yang cukup besar dalam keberhasilan proses pembelajaran. Proses pembelajaran dapat berjalan lancar salah satu penyebabnya adalah apabila siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi agar motivasi belajar siswa meningkat maka pembelajaran yang dilakukan sebaiknya adalah pembelajaran yang menarik, menyenangkan, memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran.

Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah siswa SMA diwajibkan mengikuti mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi PekertiPendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti merupakan pengetahuan yang mengantarkan kita agar dapat mengenal Allah agar kita selalu menghamba kepada-Nya dan juga mencontoh ajaran nabi dan rasul-Nya. Oleh karena itu, cara mempelajari ilmu agama itu melalui referensi yang berkualitas yaitu al-Qur’an dan Hadist

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 7 Oktober pada 36 siswa di kelas XI MIPA 2 SMAN 1 Padangan, Kabupaten Bojonegoro, ditemukan masih banyak siswa yang masih memiliki motivasi belajar yang rendah. Hal ini ditunjukkan dengan adanya beberapa siswa tampak tidak serius dan kurang antusias dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM) yang ditunjukkan dengan adanya siswa yang sibuk memainkan handphone, berbicara hal diluar materi pelajaran bahkan tampak mengantuk. Hal ini bisa juga disebabkan oleh metode pembelajaran guru yang masih bersifat konvensional yaitu dengan metode ceramah, dimana pada metode seperti ini siswa hanya dituntut untuk mendengarkan guru menjelaskan materi tanpa ada interaksi aktif dari siswa dan guru.

Salah satu upaya untuk menciptakan pembelajaran yang menarik untuk meningkatkan motivasi belajar siswa adalah dengan menggunakan model pembelajaran kelompok (Sanjaya, 2013: 250). Salah satu keunggulan model pembelajaran kooperatif adalah mampu untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan me-manage waktu, dan sikap positif terhadap sekolah. Pembelajaran model kooperatif memberi kesempatan kepada pendidik untuk memaksimalkan peningkatan motivasi belajar siswa.

Salah satu tipe dalam model pembelajaran kooperatif adalah Tipe Think Pair Share (TPS). Pelaksanaan teknik ini diawali dari berpikir (Think) sendiri tentang pemecahan suatu masalah. Siswa diminta untuk berpasangan (Pair) dan mendiskusikan dengan pasangannya mengenai hasil pemikirannya. Setelah diskusi selesai pasangan-pasangan yang ada diminta untuk berbagi (Share) dengan pasangan lain tentang apa yang telah diperoleh. Dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) ini diharapkan akan lebih memotivasi siswa khususnya untuk pembelajaran sosiologi di kelas XI MIPA 2 SMAN 1 Padangan, Kabupaten Bojonegoro.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk meneliti lebih dalam dengan mengangkat judul “Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif  Think Pair Share (TPS) Materi Pengurusan Jenazah Siswa Kelas XI MIPA SMAN 1 Padangan 2021/2022”

 

 

 

 

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan penilitian dapat diidentifikasi beberapa masalah diantaranya :

  1. Kurangnya kreatifitas guru dalam menentukan model pembelajaran khususnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
  2. Guru kurang melibatkan siswa untuk lebih aktif dalam belajar disebabkan model yang digunakan masih menggunakan model konvensional
  3. Untuk efektifitas pembelajaran pengurusan jenazah memerlukan model pembelajaran yang tepat
  4. Kurangnya aktivitas belajar siswa pada kegiatan pembelajaran
  5. Penerapan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Think, Pair and Share (TPS) belum pernah dipraktikan oleh guru

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang di ambil adalah :

  1. Bagaimana penerapan model pembelajaran  Think Pair Share (TPS) Pendidikan Agama Islam Materi Pengurusan Jenazah siswa kelas XI MIPA 2 Semester 1 Tahun pelajaran 2021/2022?
  2. Apakah penerapan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan motivasi belajar siswa Materi Pengurusan Jenazah siswa kelas XI MIPA 2 Semester 1 Tahun pelajaran 2021/2022?

1.4 Cara Pemecahan Masalah

Untuk memecahkan masalah di atas maka salah satu cara yang bisa digunakan guru dalam meningkatkan aktivitas belajar adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

Dalam penelitian ini penulis akan mencoba menggunakan model pembelajaran Think Pair Share (TPS)  untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah

  1. Untuk mengetahui bagaimana  penerapan model pembelajaran kooperatif  Think Pair Share (TPS) Kelas XI MIPA 2 SMAN 1 Padangan, Kabupaten Bojonegoro.
  2. Untuk mengetahui apakah motivasi belajar siswa dapat ditingkatkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) pada pada Siswa Kelas XI MIPA 2 SMAN 1 Padangan, Kabupaten Bojonegoro.

 

1.6 Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:

  1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan tentang penelitian model pembelajaran kooperatif khususnya Think Pair Share (TPS) terkait peningkatan Motivasi Belajar sehingga dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya.

  1. Manfaat Praktis
  1. Bagi Guru

Penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi guru bahwa model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) dapat digunakan sebagai alternatif model pembelajaran.

  1. Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan jawaban atas permasalahan yang dihadapi oleh siswa terkait dengan peningkatan motivasi belajar.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1    Motivasi Belajar

  1. Motivasi Belajar

Motivasi dan belajar merupakan dua hal penting yang saling berkorelasi satu dengan lainnya. Menurut Hamzah B. Uno (2011:23) motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Sardiman A. M (2011:75) juga menjelaskan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.

Sehingga, dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Motivasi Belajar yang berkaitan dengan Sosiologi adalah dorongan atau daya penggerak yang timbul dari dalam diri maupun dari luar untuk melakukan kegiatan belajar Sosiologi.

 

  1. Ciri-ciri Motivasi Belajar

Motivasi yang ada pada diri siswa sangat penting dalam kegiatan belajar. Ada tidaknya motivasi seseorang individu untuk belajar sangat berpengaruh dalam proses aktivitas belajar itu sendiri. Seperti dikemukakan oleh Sardiman A.M (2012) motivasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

  1. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).
  2. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapai).
  3. Mewujudkan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk orang dewasa. (misalnya masalah pembangunan, agama, politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan terhadap setiap tindak kriminal, amoral dan sebagainya).
  4. Lebih senang bekerja mandiri.
  5. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).
  6. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu).
  7. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu.
  8. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

Jika ciri-ciri tersebut terdapat pada seorang siswa berarti siswa tersebut memiliki motivasi belajar yang cukup kuat yang dibutuhkan dalam aktifitas belajarnya.

  1. Faktor-faktor yang Meningkatkan Motivasi Belajar

Motivasi sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran, baik motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik. Dengan memiliki motivasi, siswa akan mengembangkan aktivitas dan inisiatif, sehingga akan mengarahkan dan mempunyai ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar.

Motivasi intrinsik timbul dari dalam diri siswa. Motivasi tersebut bisa berupa hasrat dan keinginan untuk berhasil, dorongan dan kebutuhan belajar, serta harapan untuk meraih cita-cita di masa depan. Sedangkan motivasi eksternal timbul dari luar diri siswa. Oleh karena itu, guru harus mampu menumbuhkan dan memberikan motivasi eksternal pada diri siswa

Pupuh Fathurrohman & M. Sobry Sutikno (2007: 20) bahwa motivasi belajar siswa dapat ditingkatkan dengan berbagai faktor, yaitu:

  1. Menjelaskan tujuan kepada siswa

Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai tujuan pembelajaran yang akan dicapainya kepada siswa. Makin jelas tujuan, maka makin besar pula motivasi siswa dalam belajar.

  1. Memberikan hadiah kepada siswa

Hadiah akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.

  1. Saingan/ kompetisi

Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.

  1. Pujian

Siswa yang berprestasi sudah sewajarnya untuk diberikan penghargaan atau pujian. Pujian yang diberikan bersifat membangun. Dengan pujian siswa akan lebih termotivasi untuk mendapatkan prestasi yang lebih baik lagi.

  1. Hukuman

Cara meningkatkan motivasi belajar dengan memberikan hukuman. Hukuman akan diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat  proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya. Bentuk hukuman yang diberikan kepada siswa adalah hukuman yang bersifat mendidik seperti mencari artikel, mengarang dan lain sebagainya.

  1. Membangkitkan dorongan kepada siswa untuk belajar

Salah satu cara untuk membangkitkan dorongan kepada siswa untuk belajar yaitu dengan memberikan perhatian maksimal ke siswa. Selain itu, guru juga dapat membuat siswa tertarik materi yang disampaikan dengan cara menggunakan metode yang menarik dan mudah dimengerti siswa.

  1. Membentuk kebiasaan belajar yang baik

Salah satu cara untuk membentuk kebiasaan belajar yang baik kepada siswa adalah dengan mengajari mereka untuk menyusun jadwal belajar.

  1. Membantu kesulitan belajar siswa

Siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar harus dibimbing, baik secara individual maupun kelompok. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memperhatikan proses dan hasil belajarnya. Dalam proses belajar terdapat beberapa unsur antara lain yaitu penggunaan metode untuk menyampaikan materi kepada para siswa. Salah satu contoh metode yang menarik yaitu dengan mencantumkan gambar dan tulisan warna-warni yang dapat menarik perhatian siswa untuk mencatat dan mempelajari materi yang telah disampaikan.

  1. Menggunakan teknik yang bervariasi

Teknik pembelajaran yang bervariasi akan sangat membantu dalam proses belajar dan mengajar. Dengan menggunakan teknik pembelajaran yang baru, maka akan mempermudah guru dalam menyampaikan materi kepada siswa.

2.1.2    Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)

Menurut Majid (2013: 191-192) dalam Tipe Think Pair Share guru perlu menerapkan langkah-langkah sebagai berikut:

  1. Tahap 1:  Thinking

Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran, kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.

  1. Tahap 2: Pairing

Guru meminta siswa agar berpasangan dengan siswa yang lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap pertama. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat berbagi jawaban jika telah diajukan suatu pertanyaan, atau berbagi ide jika suatu persoalan khusus telah diidentifikasi. Biasanya guru memberikan waktu 4-5 menit untuk berpasangan.

  1. Tahap 3: Sharing

Pada tahap akhir, guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan. Hal ini cukup efektif jika dilakukan dengan cara bergiliran antara pasangan demi pasangan, dan dilanjutkan sampai sekitar seperempat pasangan telah mendapatkan kesempatan untuk melaporkan

2.1.3    Pengurusan Jenazah

Pengurusan  Jenazah adalah pengurusan jenazah seorang muslim/ muslimah. Sebagian muslim harus melibatkan diri untuk mengurusnya, tidak boleh semuanya abai, cuek atau masa bodoh, meskipun hukumnya fardhu kifayah, kecuali bila hanya terdapat satu orang saja, maka hukumnya fardlu ‘ain. Maksud dari fardhu kifayah adalah jika sebagian kaum muslimin sudah melaksanakan, maka kaum muslim yang lainnya tidak terkena kewajiban/ dosa. Sebaliknya, jika tidak ada satu pun, maka berdosa semuanya, tentu yang terkena dosa adalah kaum muslim yang berada tidak jauh dari tempat tinggal jenazah. Mengurus jenazah meliputi 4 (empat) kegiatan: (1) memandikan, (2) mengkafani, (3)   menyalatkan, dan (4) menguburkan.  

 

2.2       Kajian Terdahulu

Adapun penelitin yang sudah dilakukan terkait dengan topik ini adalah sebegai berikut :

  1. Riska Nur Khoir dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Kelas V di MI Miftahul Huda Pakisaji Kalidawir Tulungagung”. Dalam skripsi tersebut disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Think Pair Share dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik yang semula presentase ketuntasan belajar pada tes awal 29,41% menjadi menjadi 58,82% pada post test I, dan pada post test II meningkat menjadi 82,35%[3]
  2. Rahmatul Laila Qodriyah yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Peserta Didik Kela IV di MI Podorejo Sumbergempol Tulungagung tahun ajaran 2012/2013”. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah pembelajaran dengan menerapkan strategi pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and Share (TPS), dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan dilihat dari siklus I ke siklus II yaitu hasil post test siklus I yaitu 63,33% menjadi 90% pada siklus II.[4]

 

2.3       Kerangka Berpikir

Motivasi belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti adalah salah satu faktor yang berperan penting dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti itu sendiri dapat berasal dari dalam maupun luar diri siswa. Salah satu hal yang dapat meningkatkan Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti siswa adalah dengan adanya proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti yang menarik dan menyenangkan.

Salah satu cara untuk menciptakan kegiatan belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti yang menarik untuk meningkatkan Motivasi Belajar siswa adalah dengan penggunaan model pembelajaran yang tepat dan inovatif, sehingga siswa akan termotivasi untuk belajar.

Model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas adalah model pembelajaran kooperatif. Dalam model pembelajaran kooperatif ini, siswa mempunyai kesempatan untuk dapat berinteraksi dan bekerja sama satu sama lain dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, sehingga kegiatan belajar mengajar dapat lebih menarik dan menyengangkan.

Salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yaitu Tipe Think Pair Share (TPS). Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) menjadikan siswa memiliki kebutuhan untuk belajar lebih giat. Pada tahap berpikir (Think) siswa akan berusaha untuk memecahkan persoalan yang diberikan oleh guru. Siswa dituntut untuk belajar lebih banyak agar dapat menyelesaikan persoalan hingga tuntas sehingga akan memberikan kontribusi pada kelompoknya. Hal tersebut sesuai dengan salah satu indikator yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yaitu tekun dalam menghadapi tugas dimana siswa akan berusaha belajar lebih banyak untuk dapat menjawab persoalan yang diberikan oleh guru.

Pada tahap berpasangan (Pair) siswa akan berpasangan untuk mendiskusikan hasil pemikirannya masing-masing. Dalam tahap ini siswa akan terdorong untuk memecahkan persoalan yang sebelumnya tidak dapat diselesaikan sendiri. Dalam tahap ini siswa akan memiliki minat terhadap pelajaran karena siswa akan merasa lebih nyaman saat bertukar pikiran bersama pasangannya sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

Tahap terakhir yaitu berbagi (Share) siswa akan diberikan kesempatan untuk membagi hasil pemikirannya atas pemecahan persoalan yang diberikan bersama pasangannya. Pada tahap ini siswa diharapkan dapat memberikan hasil kerja kelompok yang maksimal sehingga setiap pasangan dituntut untuk belajar lebih giat. Setiap pasangan diharapkan dapat mempertahankan apa yang telah didiskusikan bersama. Pada tahap ini siswa akan bertukar hasil pemikiran dengan pasangan lainnya sehingga siswa akan berusaha untuk mempertahankan pemikiran atas jawaban persoalan bersama pasangannya. Setiap kelompok atau pasangan diharapkan dapat menyampaikan dan mempertahankan pendapatnya atas apa yang telah didiskusikan bersama. Indikator peningkatan motivasi siswa pada tahap ini dapat ditunjukkan oleh bagaimana siswa dapat mempertahankan pendapatnya. Berdasarkan hal tersebut, diharapkan motivasi belajar sosiologi dapat meningkat dengan di implementasikannya model pembelajaran kooperatif khususnya Tipe Think Pair Share (TPS) pada siswa Kelas XI MIPA 2 SMAN 1 Padangan, Kabupaten Bojonegoro.

Kerangka berikir secara ringkas dapat digambarkan sebagai berikut :

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Sumber : Olahan Sendiri

 

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

 

 
   

Metode Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR). Prosedur penelitian mengikuti prinsip dasar yang dikemukakan oleh Kemmis & Taggart. Adapun model penelitian tindakan kelas dapat digambarkan dalam bentuk bagan pada gambar berikut:

 

Gambar 3.1 Model Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis & Taggart

Sumber : Suharsimi Arikunto (2008:16)

3.2 Lokasi, Waktu Penelitian dan Subjek Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Kelas XI MIPA 2  SMAN 1 Padangan, Kabupaten Bojonegoro yang beralamat di Jalan Dr Soetomo No.2, Padangan, Bojonegoro. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas XI MIPA 2  SMAN 1 Padangan, Kabupaten Bojonegoro tahun ajaran 2021/2022 yang berjumlah 36 siswa, sedangkan yang menjadi objek penelitian ini adalah Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam siswa Kelas XI MIPA 2  SMAN 1 Padangan, Kabupaten Bojonegoro tahun ajaran 2020/2021.

3.3 Prosedur Penelitian

Penelitian ini berjenis Penelitian Tindakan Kelas. Prosedur penelitian mengikuti prinsip dasar yang dikemukakan oleh Kemmis & Taggart. Secara garis besar rancangan Kemmis & Taggart dalam Suharsimi Arikunto (2008: 16), terdiri dari beberapa tahap antara lain: perencanaan (planning), tindakan (acting) dan pengamatan (observe), dan refleksi (reflect). Tahapan-tahapan tersebut diikuti dengan perencanaan ulang jika diperlukan sampai tujuan penelitian tercapai.Penelitian yang dilakukan secara kolaboratif dengan guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMAN 1 Padangan. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua siklus. Apabila dalam dua siklus tujuan belum tercapai maka akan dilanjutkan dalam siklus ketiga dan seterusnya hingga tujuan tercapai. Adapun prosedur pelaksanannya adalah sebagai berikut:

Siklus I

  1. Perencanaan (Planning)

Pada tahap perencanaan peneliti menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan saat penelitian, yaitu:

  1. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
  2. Membuat materi pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti yang digunakan saat pelaksanaan proses pembelajaran.
  3. Membuat soal yang akan digunakan untuk dikerjakan dan didiskusikan oleh siswa serta mengkonsultasikannya kepada guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.
  4. Membuat panduan lembar observasi sebagai instrumen untuk pengamatan atau observasi yang berisi kejadian yang mungkin muncul selama pembelajaran.
  5. Menyiapkan angket dan format catatan lapangan yang akan digunakan.
  1. Pelaksanaan (Acting)

Tindakan yang dilakukan di dalam kelas disesuaikan dengan rencana pembelajaran yang telah disiapkan dalam RPP. Hal-hal yang dilakukan pada tahap ini adalah:

  1. Pendahuluan
    1. Guru memberi salam pembuka dan memimpin doa
    2. Guru mengkondisikan siswa dan mempresensi kehadiran siswa
    3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai dalam kegiatan pembelajaran
  2. Kegiatan Inti Kegiatan Inti meliputi tiga tahap.
  1. Berpikir (Think)

Pada tahap ini, guru menjelaskan materi pembelajaran, kemudian siswa diberikan kasus soal. Siswa diminta untuk berpikir secara mandiri tentang penyelesaian kasus soal yang diberikan oleh guru.

  1. Berpasangan (Pair)

Pada tahap ini guru meminta peserta didik berpasangan atau mengelompokkan dengan siswa yang memiliki latar belakang yang berbeda beda untuk mendiskusikan hasil pemikiran pada tahap Thinking.

  1. Berbagi (Share)

Pada tahap ini, wakil dari setiap kelompok mempresentasikan atau menyampaikan hasil diskusi di depan kelas. Sementara kelompok lain diberi kesempatan untuk bertanya dan menyanggah pekerjaan kelompok yang presentasi, terakhir guru melakukan konfirmasi atas pekerjaan yang telah diselesaikan siswa.

  1. Penutupan
  1. Guru memberikan kesimpulan hasil pembelajaran
  2. Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya
  3. Pengamatan (Observing)

Kegiatan pengamatan dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Peneliti dan 2 observer melakukan pengamatan dan melakukan pencatatan pada lembar observasi dan catatan lapangan. Pengamatan dilakukan dengan melihat berbagai tindakan yang muncul selama pembelajaran dan mencerminkan aspek Motivasi Belajar Sosiologi.

  1. Refleksi (Reflecting)

Refleksi dilakukan dengan diskusi bersama guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti berdasarkan hasil tindakan dari siklus pertama yang tercatat dalam lembar observasi, angket, dan catatan lapangan. Berdasarkan hasil refleksi dari proses pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus pertama, peneliti bersama dengan guru menyusun rencana pemecahan masalah untuk memperbaiki proses pembelajaran pada siklus kedua. Guru memimpin doa dan menutup dengan salam

Siklus II

  1. Perencanaan (Planning)
  1. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
  2. Membuat lembar observasi sebagai instrumen untuk pengamatan atau observasi yang berisi kejadian yang muncul selama pembelajaran.
  1. Pelaksanaan (Acting)

Pada dasarnya tindakan yang dilakukan pada siklus ke II sama dengan tindakan yang dilakukan pada siklus ke I.

  1. Pengamatan (Observing)

Observasi dilakukan melalui pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung. Peneliti dan 2 observer melakukan pengamatan dan melakukan pencatatan dalam lembar observasi dan catatan lapangan pada siklus kedua. Pengamatan dilakukan dengan melihat berbagai tindakan yang muncul selama pembelajaran dan mencerminkan aspek Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.

  1. Refleksi (Reflecting)

Refleksi dilakukan dengan diskusi bersama guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti berdasarkan hasil dari tindakan siklus kedua yang tercatat dalam lembar observasi, angket dan catatan lapangan. Berdasarkan hasil refleksi dari proses pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus kedua, peneliti bersama dengan guru menyusun rencana pemecahan masalah untuk memperbaiki proses pembelajaran pada siklus kedua.

 

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode observasi. Observasi merupakan teknik mengumpulkan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang diteliti. Observasi juga merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan (Sugiyono, 2010: 203). Observasi yang akan dilakukan merupakan jenis observasi partisipatif, dimana observasi partisipatif merupakan observasi yang dilakukan apabila observer ikut serta dalam kegiatan atau situasi yang dilakukan oleh observant (Wina Sanjaya, 2010: 92).

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

  1. Pedoman Observasi

Penelitian ini menggunakan lembar observasi berbentuk check list, yaitu pedoman observasi yang berisikan daftar dari semua aspek yang akan diobservasi, sehingga observer tinggal memberi tanda ada atau tidak adanya dengan tanda cek (√) tentang aspek yang diobservasi (Wina Sanjaya, 2010: 95). Dalam penelitian ini, aspek atau kegiatan yang akan diobservasi adalah kegiatan yang mencerminkan Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam. Berikut pedoman observasi yang akan digunakan:

 

 

Tabel 3.1 Pedoman Observasi

Indikator

Aspek yang Diminati

Butir

Tekun Menghadapi Tugas

Ssiwa bersungguh-sungguh dalam mengerjakan soal sampai dengan soal selesai dikerjakan

A

Ulet Mengahadap Kesuitan

Siswa berusaha mencari solusi atau jalan keliar saat menghadapi kesulitan

B

Menunjukkan minat terhedap pelajaran

Siswa tidak mengobrol di luar konteks materi saat berdiskusi

C

Lebih senang belajar mandiri

Siswa mengerjakan tugas yang diberikan dengan segara secara mandiri

D

Cepat bosan pada tugas-tugas rutin

Siswa bersemangat mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran yang baru

E

Siswa antusias mengikuti sesi diskusi dan presentasi

F

Dapat mempertahankan pendapatnya

Siswa dapat menjelaskan alasan atau memberikan argumen atas pekerjaannya

G

Siswa dapat menjawab pertanyaan teman pada saat presentasi

H

Tidak mudah melepas hal yang diyakini

Siswa mantap mengerjakan soal katihan maupun tugas dari guru

I

Siswa mantap mengutarakan pendapatnya saat diskusi maupun presentasi

J

Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal

Siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan segera

K

            Sumber : Sudirman A.M (2011:83)

Berdasarkan indikator di atas, maka peneliti memberikan rentang skor kepada masing-masing aspek yang diamati dengan rincian sebagai berikut:

Skor

Keterangan

3

Setuju

2

Ragu-ragu

1

Tidak Setuju

                 

 

 

                  Menentukan kategori dengan cara :

No

Nilai

Kategori

1

80-100

Sangat tinggi

2

60-80

Tinggi

3

40-60

Sedang

4

20-40

Rendah

 

 

 

Kriteria pemberian skor aspek:

  1. Siswa menyelesaikan tugas Pengurusan Jenazah yang diberikan guru.

 

Skor 3

:

Siswa mengerjakan soal pengurusan jenazah yang diberikan guru dengan

selesai (100%).

Skor 2

:

Siswa mengerjakan soal yang diberikan guru, namun tidak

selesai.

Skor 1

:

Siswa sama sekali tidak mengerjakan soal yang diberikan.

 

 

  1. Siswa mendiskusikan jawaban dengan siswa lain saat menemui kesulitan.

 

Skor 3

:

Saat menemui kesulitan dalam mengerjakan soal pengurusan jenazah siswa mencari pemecahannya dengan berdiskusi dengan siswa

lain sampai dengan jawaban dari masalah diperoleh

Skor 2

:

Saat menemui kesulitan dalam mengerjakan soal, siswa hanya

sekedar bertanya kepada siswa lain dan kemudian melanjutkan mengerjakan sendiri.

Skor 1

:

Saat menemui kesulitan dalam mengerjakan soal, siswa sama sekali tidak berusaha mencari pemecahannya dan memilih

berhenti mengerjakan.

 

 

  1. Siswa menyiapkan berbagai perlengkapan belajar

 

Skor 3

:

Siswa menyiapkan berbagai perlengkapan belajar sebelum guru

masuk ke dalam kelas.

Skor 2

:

Siswa menyiapkan berbagai perlengkapan belajar saat guru

sudah berada di dalam kelas, tanpa diperintah guru.

Skor 1

:

Siswa menyiapkan berbagai perlengkapan belajar saat guru

sudah berada di dalam kelas setelah diperintah guru.

 

  1.     Siswa membaca dan mempelajari hand-out materi pembelajaran

 

Skor 3

:

Siswa    membaca     dan    mempelajari     materi     pembelajaran

pengurusan jenazah dengan kesadaran dari diri sendiri.

Skor 2

:

Siswa membaca materi pembelajaran setelah diminta oleh guru.

Skor 1

:

Siswa tidak membaca materi pembelajaran sama sekali.

 

  1. Siswa mengerjakan soal individu secara mandiri, tanpa mengantungkan jawaban atau hasil pekerjaan dari siswa lain.

Skor 3

:

Siswa mengerjakan   soal   pengurusan jenazah   secara   mandiri,   tidak

mencontek dan tidak terpengaruh jawaban dari siswa lain.

Skor 2

:

Siswa mengerjakan soal secara mandiri, namun mencocokkan

jawaban dengan siswa lain.

Skor 1

:

Siswa tidak berusaha mengerjakan soal secara mandiri dan

memilih mencontek dari siswa lain.

 

  1. Siswa bersemangat mengikuti pembelajaran dengan teknik yang baru.

 

Skor 3

:

Siswa bersemangat dan segera memposisikan diri sesuai aba-aba

guru.

Skor 2

:

Siswa bersemangat, namun tidak segera memposisikan diri

sesuai aba-aba guru.

Skor 1

:

Siswa tidak bersemangat dan tidak segera memposisikan diri.

 

 

  1. Siswa antusias mengikuti sesi diskusi dan presentasi.

 

Skor 3

:

Siswa      antusias      saat      berdiskusi

mempresentasikan hasil jawabannya.

Dan

aktif      dalam

Skor 2

:

Siswa antusias saat   berdiskusi namun

mempresentasikan hasil jawabannya.

Tidak

antusias saat

Skor 1

:

Siswa tidak antusias, baik dalam sesi diskusi maupun presentasi.

 

  1. Siswa dapat menjelaskan alasan atau memberikan pendapat atas hasil pekerjaannya.

Skor 3

:

Siswa dapat memberikan pendapat atau alasan yang benar atas

hasil pekerjaannya dengan jelas.

Skor 2

:

Siswa dapat memberikan pendapat atau alasan atas hasil

pekerjaannya, namun tidak sepenuhnya benar.

Skor 1

:

Siswa tidak dapat memberikan pendapat atau alasan atas hasil

pekerjaannya.

 

  1.   Siswa mantap dalam menyampaikan pendapat saat diskusi berlangsung.

 

Skor 3

:

Siswa berani mengatakan bahwa ia memiliki pendapat lain atas pendapat yang disampaikan atau hasil pekerjaan siswa lain dan

dapat menyampaikan alasan yang tepat.

Skor 2

:

Siswa mengatakan bahwa ia memiliki pendapat lain atas

pendapat yang disampaikan atau hasil pekerjaan siswa lain, namun tidak menyampaikan alasan.

Skor 1

:

Siswa tidak menyampaikan pendapat saat diskusi dan ragu saat

mengerjakan tugas yang diberikan guru.

 

  1. Siswa segera mengerjakan soal yang diberikan oleh guru.

 

Skor 3

:

Siswa segera mengerjakan soal yang diberikan guru dan segera

mengumpulkan jika sudah selesai.

Skor 2

:

Siswa mengerjakan soal jika sudah disuruh oleh guru.

Skor 1

:

Siswa sama sekali tidak mengerjakan soal yang diberikan oleh

guru.

 
  1. Angket Respon Siswa

 

Angket ini disusun untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran yang dilaksanakan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik TPS (Think Pair Share). Jenis angket yang digunakan adalah angket tertutup, menggunakan skala Guttman dengan pilihan alternatif jawaban Ya dan Tidak. Jawaban Ya diberi skor 1 dan jawaban Tidak diberi skor 0. Pernyataan disusun berdasarkan kelebihan-kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik TPS menurut Anita Lie. Berikut ini  adalah kisi-kisi angket respon siswa:

 

Tabel 3.2 Kisi-kisi Angket Respon Siswa

Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik TPS (Think Pair Share)

Nomor Butir

Meningkatkan motivasi belajar siswa dalam hal berpartisipasi pada kegiatan pembelajaran

1

Meningkatkan motivasi belajar siswa dalam hal mengerjakan tugas-tugas sederhana

2

Meningkatkan motivasi belajar siswa dengan menyediakan lebih banyak kesempatan untuk kontribusi siswa

3

Meningkatkan    motivasi    belajar    siswa    dengan   terciptanya interaksi antar siswa yang lebih mudah

4

 

Pernyataan pertama adalah terkait partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran melalui implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Teknik TPS. Diharapkan dengan adanya implementasi teknik TPS, dapat meningkatkan motivasi siswa dalam berpartisipasi. Partisipasi tersebut dapat dilihat saat kegiatan diskusi pada tahap Pair dan presentasi pada tahap Share.

Pernyataan kedua terkait relevansi implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Teknik TPS untuk tugas-tugas Pendidikan Agama Islam yang bersifat  sederhana. Diharapkan dengan adanya implementasi teknik TPS, dapat meningkatkan motivasi siswa dalam mengerjakan tugas-tugas Pendidikan Agama Islam

Pernyataan ketiga terkait kesempatan siswa dalam berkontribusi di dalam kelas selama pembelajaran materi pengurusan jenazah menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik TPS. Selama proses pembelajaran berlangsung, siswa sebagai subjek belajar perlu diberikan kesempatan berkontribusi yang banyak di dalam kelas. Kontribusi siswa dapat dilihat pada tahap Pair. Pada tahap ini, siswa dikelompokkan secara berpasangan sehingga siswa memiliki kesempatan untuk menyumbangkan ide dan pemikirannya dalam rangka menyelesaikan tugas/soal yang diberikan oleh guru. Diharapkan dengan adanya implementasi teknik TPS, dapat meningkatkan motivasi siswa dalam berkontribusi.

Pernyataan keempat terkait interaksi antar siswa. Dalam kelompok berpasangan, siswa akan banyak berinteraksi dengan pasangan masing- masing. Hal ini menyebabkan siswa dalam pasangan dapat lebih tekun dan ulet dalam mengerjakan soal/tugas. Saat memiliki pendapat atau jawaban yang berbeda, siswa akan berusaha mempertahankan pendapat masing- masing, sehingga interaksi dapat berjalan dua arah. Diharapkan dengan adanya implementasi teknik TPS, dapat meningkatkan motivasi siswa dalam hal berinteraksi dengan siswa lain.

3.6 Teknik Analisis Data

3.6.1 Analisis Data Kuantitatif

  1. Menghitung Skor Motivasi Belajar Materi Pengurusan Jenazah

Dalam penelitian ini, data yang diperoleh dari hasil observasi, yang menunjukkan penilaian atas kemunculan kegiatan yang mencerminkan Motivasi Belajar Materi pengurusan jenazah. Data yang diperoleh selanjutnya akan dianalisis untuk mengetahui persentase skor motivasi siswa sebagai berikut  (Sugiyono, 2010: 144):

  1. Menentukan kriteria pemberian skor terhadap masing-masing indikator pada setiap aspek aktivitas yang diamati.
  2. Skor untuk masing-masing aspek aktivitas yang diamati.
  3. Menghitung skor aktivitas pada setiap aspek yang diamati dengan rumus:

Skor hasil Motivasi SiswaSkor Maksimum x 100%

  1. Penyajian Data

Data yang telah diperoleh dan disederhanakan selanjutnya akan  diorganisasikan. Data yang telah terorganisasi, maka selanjutnya  dideskripsikan dalam pemaparan secara naratif yang dapat dimaknai secara lebih baik.

  1. Menarik Kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan tahapan terakhir analisis data dalam Penelitian Tindakan Kelas setelah melalui tahap penyajian data.  Penarikan kesimpulan adalah proses pengambilan intisari dari data-data yang telah disajikan secara terorganisir menjadi bentuk pernyataan yang memiliki makna yang lebih tegas.

3.7 Keabsahan Data

     Dalam penelitian ini digunakan teknik triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu sebagai pembanding. Untuk itu perlu diadakan pengecekan ulang terhadap sumber data yang berbeda yaitu pengamatan aktivitas belajar siswa, wawancara dan catatan lapangan.

3.8 Indikator Keberhasilan

     Peneliti mengawali penelitian ini dengan dilakukannya penelitian pendahuluan (pra penelitian), dan akan dilanjutkan dalam dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari 4 tahap, yaitu tahap perencanaan Tindakan, tahap pelaksanaan tindakan, observasi serta analisis dan refleksi. Setelah melakukan analisis dan refleksi pada siklus I, apabila indikator keberhasilan belum tercapai, maka penelitian akan dilanjutkan dengan siklus II.

     Dilihat dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan  berkualitas jika seluruh atau minimal 75% siswa terlibat secara aktif (Mulyasa, 2010: 218). Siswa yang menunjukkan keterlibatan aktif di kelas dapat dikatakan memiliki motivasi belajar yang tinggi, karena aktivitas adalah cermin            motivasi. Keberhasilan tindakan pada penelitian ini diperoleh apabila:

  1. Dari segi indikator, jumlah persentase setiap indikator minimal 75%.
  2. Secara klasikal, jumlah persentase Motivasi Belajar siswa dalam pembelajaran Materi pengurusan jenazah pada kategori tinggi dan sangat tinggi mencapai 75%.
  3. Lebih dari 75% siswa memberikan respon positif terhadap implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Teknik TPS (Think Pair Share) dalam pembelajaran Materi pengurusan jenazah

     Penelitian ini akan dihentikan jika indikator keberhasilan dalam proses pembelajaran PAI dengan menerapkan model pembelajaran Think,Pair,Share (TPS) telah tercapai, yaitu motivasi belajar siswa meningkat

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB IV

HASIL PENELITIAN

 

4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitan

      SMA Negeri 1 Padangan baisa disebut SMANSAPA berdiri pada tahun 21 Juni 1984 dengan nomer SK Pendirian 102/104.72/84/SK, saat ini diusia 37 tahun, SMAN 1 Padangan terakreditasi A. Hingga saat ini, SMAN 1 Padanagan terus melakukan pengemabngan diri dengan segala potensi yang ada. Secara perlahan, SMAN 1 Padangan dengan segala sarana dan insfastruktur yang dimiliki, berupaya mengelola manajemen sekolah sedemikan rupa sehingga mampu bersaing dengan lembaga-lembaga pendidikan yang lain.

      Saat ini SMAN 1 Padangan mempunyai Kurikulum Nasional atau KTSP, Lokal dan Kalender Pendidikan. Selain itu juga mempunyai silabus baik yang bersumber dari Kurikulum Nasional atau KTSP maupun lokal. Selanjutnya silabus ini juga dikembangkan melalui RPP, sehingga terdapat kesesuaian pelaksanaan proses pembelajaran dengan silabus yang telah disusun untuk setiap bidang studi. Sebagai sarana penunjang proses pembelajaran, SMAN 1 Padangan menyediakan buku pelajaran pada setiap bidang studi bagi siswa dan sejumlah buku pegangan bagi guru. SMAN 1 Padangan juga menyediakan media atau alat praga dalam pembelajaran yang relatif baik dan lengkap. Sebagai bentuk pengembangan diri non-akademik dan sebagai wadah untuk menyalurkan minat dan bakat para peserta didik, SMANSAPA juga  menyediakan kegiatan Ekstra Kulikuler antara lain Pramuka, Bola Basket, Futsal, Silat, Karate, Kesenian (paduan suara, band) dan Jurnalistik.

Kelas XI IPA 2 Tahun Ajaran 2021/2022 adalah salah satu kelas yang ada dengan jumlah siswa keseluruhan adalah 36 siswa. Kelas XI IPA 1 memperoleh pelajaran Pendidikan Agama Islam sebanyak 3 jam pelajaran setiap minggunya yaitu pada hari Jum’at.

4.2 Observasi Awal

      Sebelum melakukan penelitian mengenai Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) di kelas XI IPA 2 SMAN 1 Padangan, Kabupaten Bojonegoro peneliti melakukan observasi awal pembelajaran Materi pengurusan jenazah yang dilaksanakan dengan menggunakan metode ceramah dan latihan soal.  Observasi dilaksanakan pada hari Jum’at, 22 Oktober 2021 di kelas XI IPA 2 SMAN 1 Padangan pada jam pelajaran ketiga dan keempat. Dari observasi yang dilakukan dengan menggunakan pedoman observasi yang akan dipakai dalam penelitian diperoleh data sebagai berikut :

 

Tabel 4.1

Skor Motivasi Belajar Materi Pengurusan Jenazah Siswa Sebelum Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)

Indikator

Butir

Skor

Tekun Menghadapi Tugas

A

62.04%

Ulet Mengahadap Kesuitan

B

63.89%

Menunjukkan minat terhedap pelajaran

C

71.30%

Lebih senang belajar mandiri

D

68.52%

Cepat bosan pada tugas-tugas rutin

E

36.57%

F

Dapat mempertahankan pendapatnya

G

26.39%

H

Tidak mudah melepas hal yang diyakini

I

32.87%

J

Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal

K

69.44%

Rata-rata

47.90%

            Sumber : Olahan Data Primer

Setelah diketahui bahwa di kelas XI IPA 2 masih terdapat permasalahan terkait dengan Motivasi Belajar Materi pengurusan jenazah siswa yang belum mencapai kriteria minimal yaitu 75%, maka peneliti memberikan sosulisi alternatif untuk menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS).

 

4.3 Laporan Siklus I

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Siklus I dilaksanakan sebanyak satu kali pertemuan yaitu pada tanggal 29 Oktober 2021 pada jam pelajaran ketiga sampai dengan jam keempat. Adapun tahapan yang dilakukan pada Siklus I sebagai berikut: 

  1. Tahap Perencanaan

Pada tahap perencanaan dimulai dengan melakukan diskusi awal dengan guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk mempersiapkan materi pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang akan dilaksanakan dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS). Persiapan yang dilakukan meliputi:

  1. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk Kompetensi Dasar pengurusan jenazah dengan Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS). 
  2. Membuat materi ppt untuk diberikan kepada siswa pada kompetensi dasar.
  3. Menyiapkan angket yang akan dibagikan pada akhir Siklus I, lembar observasi beserta pedoman Motivasi Belajar dan catatan lapangan yang akan digunakan guna mencatat berita acara pelaksanaan pembelajaran. 
  4. Membagi siswa ke dalam kelompok yang memiliki kemampuan heterogen. 
  5. Menyiapkan perlengkapan untuk menunjang pembelajaran Materi pengurusan jenazah dengan Tipe Think Pair Share (TPS) yaitu boneka jenazah dan perlengkapannya serta soal latihan LKPD Google Form dan Quizizz 
  1. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan ini merupakan penerapan dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dirancang pada tahap persiapan. Adapun pelaksanaannya sebagai berikut:

  1. Kegiatan Awal
  1. Guru mengkondisikan kelas kemudian melakukan apersepsi tentang materi pengurusan jenazah
  2. Guru memberikan penjelasan kepada siswa tentang model pembelajaran yang akan digunakan yaitu Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS).
  3. Guru menyampaikan inti topik dari Kompetensi Dasar pengurusan jenazah.
  1. Kegitan Inti
  1. Guru mengumumkan daftar kelompok siswa dan tempat duduknya.
  2. Masing-masing kelompok siswa diberikan soal pengurusan jenazah (memandikan jenazah, mengkafani jenazah laki-laki dan mengkafani jenazah perempuan) untuk memikirkan jawaban sementaranya (tahap Think) selama 10 menit secara mandiri.
  3. Siswa diminta untuk berdiskusi bersama pasangannya dan kelompoknya untuk menyelesaikan soal yang diberikan guru (tahap Pair) selama 10 menit. Setelah  siswa  selesai berdiskusi bersama pasangannya kemudian setiap perwakilan kelompok siswa diminta untuk mempresentasikan hasil  diskusinya di depan kelas dan mempraktikannya (tahap Share) selama 30 menit.
  1. Kegiatan akhir
  1. Guru bersama-sama dengan siswa melakukan konfirmasi hasil pekerjaan siswa dan menyimpulkan hasil pembelajaran.
  2. Guru mengakhiri pembelajaran dengan menyampaikan Kompetensi Dasar untuk pertemuan selanjutnya.
  1. Tahap Pengamatan

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dan observer terhadap Motivasi Belajar Materi pengurusan jenazah dapat diketahui bahwa hasil yang didapat belum maksimal. Adapun skor Motivasi Belajar Materi pengurusan jenazah siswa pada Siklus I dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.2

Skor Motivasi Belajar Materi Pengurusan Jenazah Siswa Siklus 1

Indikator

Butir

Skor

Tekun Menghadapi Tugas

A

77.78%

Ulet Mengahadap Kesuitan

B

71.30%

Menunjukkan minat terhedap pelajaran

C

71.30%

Lebih senang belajar mandiri

D

82.41%

Cepat bosan pada tugas-tugas rutin

E

72.69%

F

Dapat mempertahankan pendapatnya

G

78.24%

H

Tidak mudah melepas hal yang diyakini

I

75.93%

J

Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal

K

70.37%

Rata-rata

75,34%

                        Sumber : Olahan Data Primer

 

Berdasarkan data pada tabel tersebut, indikator Motivasi Belajar Materi pengurusan jenazah siswa pada Siklus I mengalami peningkatan dibandingkan dengan data yang diperoleh pada saat observasi awal sebelum adanya Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS). Dari data tersebut terlihat bahwa Motivasi BelajaMateri pengurusan jenazah masih perlu ditingkatkan karena belum mencapai kriteria ketuntasan yaitu 75%.

Pada pembelajaran Siklus 1 siswa masih menyesuaikan diri dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) pada pembelajaran Materi pengurusan jenazah sehingga siswa masih terlihat kurang percaya diri pada saat sesi presentasi pada tahap Share.  Dari data di atas diketahui bahwa terdapat empat indikator yang belum mencapai kriteria minimal yang ditentukan yaitu ulet menghadapi kesulitan dengan skor 71,30%, menunjukkan minat terhadap pelajaran sebesar 71,30%, Cepat bosan pada tugas-tugas rutin sebesar 72,69% dan senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal dengan skor 70.37%. Dari data tersebut selanjutnya akan digunakan sebagai salah satu bahan refleksi untuk perbaikan pada tindakan Siklus II.

  1. Tahap Refleksi

Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) pada Siklus I masih belum maksimal karena siswa masih belum sepenuhnya menyesuaikan diri dengan model pembelajaran tersebut. Masih banyak siswa yang kurang serius dalam mengikuti proses diskusi dan masih berbicara di luar konteks pembelajaran  sehingga menyebabkan kelas menjadi ramai. Diskusi pada tahap Pair juga belum maksimal, beberapa siswa menanyakan jawaban kepada guru tanpa berusaha diskusi bersama pasangannya. Dalam tahap Share tidak banyak siswa  yang  mau  mengungkapkan alasan  dari jawabannya. Sebagian besar dari mereka terpaku pada  hand out  materi yang telah dibagikan.  Berdasarkan refleksi atas kekurangan pada Siklus I, peneliti bersama dengan guru berusaha mencari solusi. Adapun solusi untuk perbaikan yaitu:

  1. Siswa diberikan penjelasan lebih lanjut mengenai prosedur pembelajaran Materi pengurusan jenazah dengan Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) agar siswa dapat tertib mengerjakan soal yang diberikan guru sesuai dengan tahapan pada Tipe Think Pair Share (TPS).
  2.  Siswa diingatkan agar tidak mengobrol di luar materi pembelajaran saat proses pembelajaran berlangsung agar suasana kelas tenang sehingga akan memperlancar proses pembelajaran.
  3. Guru meminta siswa untuk menambah wawasan dengan membaca buku referensi lain selain handout yang telah disiapkan oleh guru.

4.4 Laporan Siklus II

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Siklus II dilaksanakan sebanyak satu kali pertemuan yaitu pada tanggal 3 November 2021 pada jam pelajaran ketiga sampai dengan jam keempat. Adapun tahapan yang dilakukan pada Siklus II sebagai berikut:

  1. Tahap Perencanaan

Berdasarkan data yang diperoleh dari Siklus I teridentifikasi bahwa terdapat beberapa indikator Motivasi Belajar Materi pengurusan jenazah siswa belum mencapai skor minimum yang ditentukan yaitu sebesar 75% yaitu dengan rata-rata skor sebesar 72,92%. Tahap perencanaan Siklus II ini meliputi:

  1. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk Kompetensi Dasar Materi pengurusan jenazah dengan Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS).  
  2. Membuat materi untuk diberikan kepada siswa pada kompetensi dasar Materi pengurusan jenazah ke dalam jurnal khusus.
  3. Menyiapkan angket Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam dan angket Respon Siswa terhadap Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) yang akan dibagikan pada akhir Siklus II, lembar observasi beserta pedoman Motivasi Belajar Materi pengurusan jenazah dan catatan lapangan yang akan digunakan guna mencatat berita acara pelaksanaan pembelajaran.
  4. Membagi siswa ke dalam kelompok yang memiliki kemampuan heterogen. 
  5. Menyiapkan perlengkapan untuk menunjang pembelajaran Materi pengurusan jenazah dengan Tipe Think Pair Share (TPS) yaitu soal latihan. 
  1. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan ini merupakan penerapan dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dirancang pada tahap persiapan. Adapun pelaksanaannya sebagai berikut:

  1. Kegiatan Awal
  1. Guru mengkondisikan kelas kemudian melakukan apersepsi tentang materi Materi pengurusan jenazah ke dalam jurnal khusus.
  2. Guru memberikan penjelasan kepada siswa tentang model pembelajaran yang akan digunakan yaitu Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share.
  3. Guru menyampaikan inti topik dari Materi pengurusan jenazah.
  1. Kegitan Inti
  1. Guru mengumumkan daftar kelompok siswa dan tempat duduknya.
  2. Masing-masing siswa diberikan soal untuk memikirkan jawaban sementaranya (tahap Think) selama 10 menit secara mandiri. 
  3. Siswa diminta untuk berdiskusi bersama pasangannya untuk menyelesaikan soal yang diberikan guru (tahap Pair) selama 10 menit.
  4. Setelah  siswa  selesai berdiskusi bersama pasangannya kemudian perwakilan kelompok siswa diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas (tahap Share) selama 30 menit.
  1. Kegiatan akhir
  1. Guru bersama-sama dengan siswa melakukan konfirmasi hasil pekerjaan siswa dan menyimpulkan hasil pembelajaran.
  2. Guru mengakhiri pembelajaran dengan menyampaikan
  3. Kompetensi Dasar untuk pertemuan selanjutnya.
  1. Tahap Pengamatan

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti dan observer pada proses pembelajaran Sosiologi dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) diketahui bahwa skor Motivasi Belajar Materi pengurusan jenazah siswa telah meningkat. Dari pengamatan yang dilakukan diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.3

Skor Motivasi Belajar Materi pengurusan jenazah Siswa Siklus II

Indikator

Butir

Skor

Tekun Menghadapi Tugas

A

87.04%

Ulet Mengahadap Kesuitan

B

85.19%

Menunjukkan minat terhedap pelajaran

C

87.96%

Lebih senang belajar mandiri

D

86.11%

Cepat bosan pada tugas-tugas rutin

E

82.87%

F

Dapat mempertahankan pendapatnya

G

85.19%

H

Tidak mudah melepas hal yang diyakini

I

83.80%

J

Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal

K

82.41%

Rata-rata

84.76%

Sumber : Olahan Data Primer

Berdasarkan data pada tabel di atas, indikator Motivasi Materi pengurusan jenazah pada Siklus II mengalami peningkatan dari Siklus I. Dari data tersebut skor rata-rata Motivasi Belajar Materi pengurusan jenazah telah melebihi kriteria ketuntasan minimal 75% yaitu sebesar 84,76%.

 

  1. Tahap Refleksi

Berdasarkan hasil penelitian pada Siklus II menunjukkan adanya peningkatan skor indikator Motivasi Belajar Materi pengurusan jenazah siswa. Rencana perbaikan yang direncanakan pada Siklus I dapat dilaksanakan dengan baik pada Siklus II. Hal ini terlihat dari data observasi pada siklus II dimana kedelapan indikator Motivasi Belajar Materi pengurusan jenazah siswa telah mencapai kriteria minimal yang telah ditentukan yaitu sebesar 75%. Selain itu rata-rata skor Motivasi Belajar pada Siklus II telah mencapai lebih dari 75% yaitu sebesar 84,76%.

4.5  Perbandingan Hasil Observasi

Setelah peneliti melakukan observasi tentang Motivasi Belajar Sosiologi siswa kelas XI IPA 2 SMAN 1 Padangan, peneliti lalu menyederhanakan perbandingan hasil observasi pada siklus I dan siklus II pada tabel 4.4 berikut : 

Tabel 4.4

Perbandingan Hasil Motivasi Belajar Materi pengurusan jenazah Siklus I dan Siklus II

Indikator

Butir

Skor

Skor

Tekun Menghadapi Tugas

A

77.78%

87.04%

Ulet Mengahadap Kesuitan

B

71.30%

85.19%

Menunjukkan minat terhedap pelajaran

C

71.30%

87.96%

Lebih senang belajar mandiri

D

82.41%

86.11%

Cepat bosan pada tugas-tugas rutin

E

72.69%

82.87%

F

 

Dapat mempertahankan pendapatnya

G

78.24%

85.19%

H

 

Tidak mudah melepas hal yang diyakini

I

75.93%

83.80%

J

 

Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal

K

70.37%

82.41%

Rata-rata

75.34

84.76%

            Sumber : Olahan Data Primer

Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa terjadi peningkatan skor pada indikator Motivasi Belajar Materi pengurusan jenazah pada siswa Kelas XI IPA 2 SMAN 1 Padangan. Pada Siklus II, semua indikator telah mencapai kriteria minimal 75% sehingga tindakan dicukupkan. 

4.6 Data Angket Respon

Setelah pelaksanaan siklus II, siswa diminta untuk mengisi angket respon terhadap pelaksanaan pembelajaran melalui Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif TPS. Jumlah responden adalah 32 siswa. Hasil angket respon siswa tersebut dapat dilihat dari analisis jawaban siswa pada masing-masing pernyataan yang terdapat dalam angket, yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.5

No

Pernyataan

Jawaban Siswa

Ya

Tidak

1.

Setelah mengikuti pembelajaran dengan teknik TPS, saya merasa bahwa partisipasi saya dalam kegiatan pembelajaran meningkat.

30

2

2.

Saya merasa bahwa teknik TPS cocok untuk menyelesaikan tugas Pendidikan Agama Islam

29

3

3.

Melalui teknik TPS, saya merasa diberikan lebih banyak kesempatan untuk berkontribusi dalam kegiatan pembelajaran.

30

2

4.

Selama pembelajaran berlangsung menggunakan teknik TPS, saya merasa bahwa tercipta interaksi antar siswa yang lebih mudah di dalam kelas.

 

31

 

1

Respon Siswa terhadap Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Teknik TPS (Think Pair Share)

Sumber : Olahan Data Primer

Tabel di atas menunjukkan mayoritas siswa merespon positif terhadap penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Think Pair Share dalam pembelajaran Materi pengurusan jenazah. Hal ini berarti sebagian besar siswa telah merasakan kelebihan teknik pembelajaran tersebut selama pelaksanaan pembelajaran Materi pengurusan jenazah.

Pernyataan pertama adalah terkait partisipasi siswa dalam kegiatan     pembelajaran melalui implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share. Dengan implementasi teknik Think Pair Share, terbukti dapat meningkatkan motivasi siswa dalam berpartisipasi. Partisipasi tersebut dapat dilihat saat kegiatan diskusi pada tahap Pair dan presentasi pada tahap Share.

Pernyataan kedua terkait relevansi implementasi Model Pembelajaran Kooperatif  untuk tugas-tugas Pendidikan Agama Islam yang bersifat sederhana. Dengan implementasi teknik Think Pair Share, terbukti dapat meningkatkan motivasi siswa dalam mengerjakan tugas-tugas Materi pengurusan jenazah.

Pernyataan ketiga terkait kesempatan siswa dalam berkontribusi di dalam kelas selama pembelajaran Materi pengurusan jenazah menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Think Pair Share. Selama proses pembelajaran berlangsung, siswa sebagai subjek belajar perlu diberikan kesempatan berkontribusi yang banyak di dalam kelas. Kontribusi siswa dapat dilihat pada tahap Pair. Pada tahap ini, siswa dikelompokkan secara berpasangan sehingga siswa memiliki kesempatan untuk menyumbangkan ide dan pemikirannya dalam rangka menyelesaikan tugas/soal yang diberikan oleh guru. Dengan  implementasi teknik Think Pair Share, terbukti dapat meningkatkan motivasi siswa dalam berkontribusi.

Pernyataan keempat terkait interaksi antar siswa. Dalam kelompok  berpasangan, siswa akan banyak berinteraksi dengan pasangan masing-masing. Hal ini menyebabkan siswa dalam pasangan dapat lebih tekun dan ulet dalam mengerjakan soal/tugas. Saat memiliki pendapat atau jawaban yang berbeda, siswa akan berusaha mempertahankan pendapat masing-masing, sehingga interaksi dapat berjalan dua arah. Dengan implementasi teknik Think Pair Share, terbukti dapat meningkatkan motivasi siswa dalam hal berinteraksi dengan siswa lain.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB V

PEMBAHASAN

 

5.1 Pembahasan Hasil Penelitian

  1. Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) sudah baik diterapkan sesuai dengan tahapan-tahapannya yaitu:

  1. Tahap Think, yaitu dengan cara pembelajaran ini diawali dengan guru mengajukan pertanyaan atau masalah terkait dengan pembelajaran untuk dipikirkan oleh peserta didik.
  2. Tahap Pair, dilakukan setelah siswa selesai tahap Think. Pada tahap Pair siswa bersama pasangannya melakukan diskusi dan dalam tahap ini siswa dituntut untuk belajar dan bekerja dalam kelompok kecil.
  3. Tahap Share, yang dilakukan dengan cara setiap perwakilan pasangan maju untuk membagi hasil diskusi mereka kepada seluruh pasangan di kelas.
  4. Motivasi Belajar Materi pengurusan jenazah

Dari penelitian yang dilaksanakan telah diperoleh data seperti yang telah disebutkan pada data observasi dan angket Motivasi Belajar Materi pengurusan jenazah pada Siklus I dan Siklus II. Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) baik dalam Siklus I maupun Siklus II menunjukkan adanya peningkatan Motivasi Belajar Materi pengurusan jenazah  pada siswa. Adapun perbandingan data Motivasi Belajar Materi pengurusan jenazah siswa pada Siklus I dan Siklus II disajikan pada tabel 5.1 sebagai berikut.

   Tabel 5.1

Peningkatan Skor Motivasi Belajar Materi pengurusan jenazah

Siswa dari Siklus I ke Siklus II

Indikator

Butir

Skor

Skor

Peningkatan

Tekun Menghadapi Tugas

A

77.78%

87.04%

9.26%

Ulet Mengahadap Kesuitan

B

71.30%

85.19%

13.89%

Menunjukkan minat terhedap pelajaran

C

71.30%

87.96%

16.66%

Lebih senang belajar mandiri

D

82.41%

86.11%

3.70%

Cepat bosan pada tugas-tugas rutin

E

72.69%

82.87%

10.18%

F

Dapat mempertahankan pendapatnya

G

78.24%

85.19%

6.95%

H

Tidak mudah melepas hal yang diyakini

I

75.93%

83.80%

7.87%

J

Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal

K

70.37%

82.41%

12.04%

Rata-rata

75.34

84.76%

9.42%

            Sumber : Olahan Data Primer

 

Mengenai respon siswa terhadap implementasi Model Pembelajaran        Kooperatif  Think Pair Share dalam pembelajaran Materi pengurusan jenazah, dapat dilihat dari hasil analisis data angket respon yang disebar kepada siswa XI MIPA 2. Hasil analisis data angket respon tersebut menunjukkan bahwa mayoritas siswa  merasakan kelebihan-kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share dengan memberikan respon positif terhadap pernyataan-pernyataan yang tercantum dalam angket tersebut.

Terdapat 30 siswa (93,75%) memilih jawaban Ya pada pernyataan terkait peningkatan partisipasi siswa dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif  Think Pair Share. Selanjutnya, terdapat 29 siswa (90,62%) memilih jawaban Ya pada pernyataan yang menyatakan bahwa Model Pembelajaran Kooperatif  Think Pair Share cocok digunakan untuk pengerjaan tugas Materi pengurusan jenazah. Terdapat 30 siswa (93,75%) juga memilih jawaban Ya pada pernyataan terkait peningkatan kesempatan dalam berkontribusi di dalam kelas selama implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Teknik TPS. Terakhir, pada pernyataan yang menyatakan bahwa Model Pembelajaran Kooperatif Teknik TPS dapat menciptakan interaksi antar siswa yang lebih mudah, 31 siswa (96,87%) memilih jawaban Ya, sedangkan 1 siswa lain menjawab Tidak.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa seluruh hasil penelitian tentang Motivasi Belajar siswa telah mencapai indikator keberhasilan penelitian. Hal ini membuktikan bahwa motivasi belajar siswa dalam pembelajaran Materi pengurusan jenazah dapat ditingkatkan melalui Model  Pembelajaran Kooperatif Teknik Think Pair Share, di samping itu siswa juga merasakan kelebihan-kelebihan teknik pembelajaran tersebut dalam pelaksanaan pembelajaran Materi pengurusan jenazah

 

 
 

 

  1. Penarikan Kesimpulan

Berdasarkan data oberservasi yang didapatkan penulis dapat melakukan penarikan kesimpulan. Berikut ini penarikan kesimpulan Motivasi Belajar Materi pengurusan jenazah berdasarkan  indikator-indikator yang melingkupinya:

    1. Tekun menghadapi tugas

Hasil pengamatan pada lembar observasi menunjukkan adanya peningkatan skor Motivasi Belajar Materi pengurusan jenazah dari Siklus I ke Siklus II sebesar 9,26%. Dengan Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) dapat menambah kemampuan berpikir siswa dari berbagai sumber sehingga siswa tidak hanya bergantung pada guru. Siswa berusaha mengerjakan soal yang diberikan oleh guru dengan sungguh-sungguh

    1. Ulet menghadapi kesulitan

Hasil pengamatan pada lembar observasi menunjukkan adanya peningkatan skor Motivasi Belajar Materi pengurusan jenazah dari Siklus I ke Siklus II sebesar 13,89%. Peningkatan ini ditunjukkan dengan usaha siswa saat menghadapi kesulitan yaitu  dengan mencari sumber referensi lain, berdiskusi bersama teman dan juga bertanya kepada guru sehingga keuletan siswa meningkat.

    1. Menunjukkan minat terhadap pelajaran Sosiologi

Hasil pengamatan pada lembar observasi menunjukkan adanya peningkatan skor Motivasi Belajar Materi pengurusan jenazah dari Siklus I ke Siklus II sebesar 16,66%. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) memberikan dampak positif terhadap suasana kelas sehingga membuat siswa lebih tertarik untuk belajar.

    1. Lebih senang bekerja mandiri

Hasil pengamatan pada lembar observasi menunjukkan adanya peningkatan skor Motivasi Belajar Materi pengurusan jenazah dari Siklus I ke Siklus II sebesar 3,70%.  Siswa menjadi lebih tertantang untuk memecahkan persoalan secara mandiri tanpa mencontek teman yang lain dan pada saat bekerja sama dengan kelompoknya siswa tidak mencontek kepada kelompok lain.

    1. Cepat bosan pada tugas-tugas rutin

Hasil pengamatan pada lembar observasi menunjukkan adanya peningkatan skor Motivasi Belajar Materi pengurusan jenazah dari Siklus I ke Siklus II sebesar 10,18%. Tahapan pada tipe Think Pair Share (TPS) membuat siswa tidak jenuh pada saat mengerjakan soal karena selain siswa bekerja secara mandiri, siswa dapat berdiskusi dengan temannya dan setelah itu siswa dapat mempresentasikan hasilnya di depan kelas. 

    1. Dapat mempertahankan pendapatnya

Hasil pengamatan pada lembar observasi menunjukkan adanya peningkatan skor Motivasi Belajar Materi pengurusan jenazah dari Siklus I ke Siklus II sebesar 6,95%. Pembelajaran pada tipe Think Pair Share (TPS) membuat siswa memiliki pemahaman yang lebih karena selain dengan penjelasan lisan, siswa juga melakukan diskusi. Kemudian siswa juga melakukan konfirmasi terhadap hasil diskusi pada akhir pembelajaran, sehingga siswa dapat menjawab pertanyaan yang ada dan memiliki argumen yang tepat atas jawaban tersebut.

    1. Tidak mudah melepas hal yang diyakini

Hasil pengamatan pada lembar observasi menunjukkan adanya peningkatan skor Motivasi Belajar Materi pengurusan jenazah dari Siklus I ke Siklus II sebesar 7,87%. Keyakinan siswa atas kemampuannya memberikan pengaruh terhadap kemantapan siswa dalam mengerjakan soal dan mempertahankan pendapatnya.

    1. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal

Hasil pengamatan pada lembar observasi menunjukkan adanya peningkatan skor Motivasi Belajar Materi pengurusan jenazah dari Siklus I ke Siklus II sebesar 12,04%. Pada tahapan diskusi kelompok, setiap siswa diharuskan bekerja sama dalam satu kelompok untuk memecahkan suatu soal. Kemampuan siswa yang terkolaborasi dengan baik dalam kelompok belajar heterogen memberikan dampak positif bagi mereka yaitu siswa menjadi tertantang untuk memecahkan soal sehingga siswa akan berusaha mencari solusi dari permasalahan yang diberikan.

 

Dari pembahasan terhadap kedelapan indikator Motivasi Belajar Materi pengurusan jenazah secara garis besar diperoleh peningkatan skor pada setiap indikatornya. Sesuai dengan pendapat Miftahul Huda (2014: 136-137) yang menjelaskan bahwa tipe Think Pair Share memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja secara mandiri dan bekerja sama dengan orang lain. Tipe Think Pair Share lebih mengoptimalkan partisipasi aktif peserta didik dan mampu memberi kesempatan delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran yang berlangsung

 

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1       Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Teknik TPS (Think Pair Share) dapat meningkatkan Motivasi Belajar siswa kelas XI MIPA 2 SMA Negeri 1 Padanagan tahun ajaran 2021/2022 dalam Pembelajaran Materi pengurusan jenazah yang dibuktikan dengan adanya peningkatan skor Motivasi Belajar yang diperoleh dari data observasi dan data angket.

Berdasarkan hasil observasi, yang dibuktikan dengan adanya peningkatan persentase skor Motivasi Belajar Sosiologi yang diambil melalui observasi yang diperoleh skor sebesar 47,90% sebelum Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) kemudian meningkat menjadi 75,34% pada Siklus I lalu pada Siklus II terjadi peningkatan lagi sebesar 9,42% dan diperoleh skor sebesar 84,76%.

Berdasarkan analisis data angket, Terdapat 30 siswa (93,75%) memilih jawaban Ya pada pernyataan terkait peningkatan partisipasi siswa dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif  Think Pair Share. Selanjutnya, terdapat 29 siswa (90,62%) memilih jawaban Ya pada pernyataan yang menyatakan bahwa Model Pembelajaran Kooperatif  Think Pair Share cocok digunakan untuk pengerjaan tugas Materi pengurusan jenazah. Terdapat 30 siswa (93,75%) juga memilih jawaban Ya pada pernyataan terkait peningkatan kesempatan dalam berkontribusi di dalam kelas selama implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Teknik TPS. Terakhir, pada pernyataan yang menyatakan bahwa Model Pembelajaran Kooperatif Teknik TPS dapat menciptakan interaksi antar siswa yang lebih mudah, 31 siswa (96,87%) memilih jawaban Ya, sedangkan 1 siswa lain menjawab Tidak

Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Teknik TPS (Think Pair Share) mendapatkan respon positif siswa pada pembelajaran Materi pengurusan jenazah, yang ditunjukkan oleh hasil angket yang disebarkan kepada para siswa. Respon positif tersebut menunjukkan bahwa siswa merasakan kelebihan-kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik TPS selama proses pembelajaran berlangsung

 

 

6.2       Saran

Motivasi belajar merupakan kunci utama bagi siswa dalam beraktivitas di dalam kelas dan mendapatkan hasil belajar yang optimal. Model pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran sangat mempengaruhi motivasi belajar siswa. Berdasarkan hasil penelitian, Model Pembelajaran Kooperatif Teknik TPS (Think Pair Share) merupakan salah satu alternatif model pembelajaran yang mampu meningkatkan motivasi belajar siswa. Oleh karena itu, peneliti merekomendasikan saran sebagai berikut:

  1. Bagi Guru :
  1. Guru dapat mencoba untuk mengimplementasikan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik TPS (Think Pair Share) pada kompetensi dasar pengurusan jenazah yang lain, sehingga diharapkan dapat memicu          motivasi belajar siswa yang ditandai dengan adanya peningkatan ketekunan siswa dalam mengerjakan tugas, ulet dalam menghadapi kesulitan dalam belajar, serta senang mencari dan memecahkan soal- soal.
  2. Guru perlu merancang pembelajaran yang dapat memicu siswa untuk menumbuhkan kebutuhan siswa untuk belajar dan kemandirian siswa dalam menyelesaikan tugas individu, sekaligus menciptakan suasana kelas yang tidak monoton sehingga siswa menikmati dan memahami proses pembelajaran.
  3. Dalam melaksanakan pembelajaran, guru dapat mengimplementasikan Model Pembelajaran Kooperatif pada umumnya dan Teknik TPS (Think Pair Share) pada khususnya, untuk menumbuhkan keberanian siswa dalam berpendapat dan yakin akan pendapat yang diungkapkannya tersebut.
  1. Bagi Siswa
  1. Siswa perlu meningkatkan dorongan dalam dirinya untuk belajar secara mandiri dan mampu mengelola kebutuhan belajarnya sehingga terlepas dari kegiatan-kegiatan yang bersifat rutin
  2. Siswa perlu membiasakan diri untuk mengutarakan pendapatnya dalam proses pembelajaran, guna menumbuhkan rasa percaya diri, sehingga dapat berdampak pada pemahaman siswa atas materi pembelajaran.
  1. Bagi Penelitian Selanjutnya
  1. Penelitian yang selanjutnya diharapkan dapat lebih merinci indikator- indikator menjadi aspek-aspek yang diamati, sehingga dapat diperoleh data yang dapat mewakili kondisi siswa selama pembelajaran berlangsung

DAFTAR PUSTAKA

 

Abdul Majid. (2013). Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Dimyati dan Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta .

Eveline Siregar. (2011). Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia.

Hamalik, Oemar. 2010. Proses Belajar Mengajar, Jakarta : PT Bumi Aksara.

Hamzah B. Uno (2011). Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.

Miftahul Huda. (2014). Cooperative learning (Metode, Teknik, Struktur, dan Model Penerapan). Yogyakarta.: Pustaka Pelajar.

Muhibin Syah. (2011). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Oemar Hamalik. (2012). Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Roucek, S.J dan Warren, L.R, (1984). Pengantar Sosiologi. Jakarta: Bina Aksara.

Salminawati. 2011. Filsafat Pendidikan Islam, Bandung : Citapustaka Media Perintis.

Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media.

Sardiman A. M. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.

Sugihartono, dkk. (2011). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Suharsimi Arikunto.(2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

 

 

[1]  Tholib Kasan, Dasar-dasar Pendidikan,(Jakarta: Studi Press, 2005). Hal. 1

[2] Salminawati, (2011), Filsafat Pendidikan Islam, Bandung : Citapustaka Media Perintis. Hal 15

[3] Riska Nur Khoir dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Kelas V di MI Miftahul Huda Pakisaji Kalidawir Tulungagung, (Tulungagung, Skripsi tidak diterbitkan, 2003)

[4] Rahmatul Laila Qodriyah, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Peserta Didik Kela IV di MI Podorejo Sumbergempol Tulungagung, (Tulungagung: Skripsi Tidak Diterbitkan, 2003)


Komentar

×
Berhasil membuat Komentar
×
Komentar anda masih dalam tahap moderator
1000
Karakter tersisa
Belum ada komentar.

Jadilah yang pertama berkomentar di sini